Di bawah ini ada beberapa lagu dari Feno Band, Download ya..
FENO_Cinta Sejati.mp3
FENO_Cinta Terpendam.mp3
FENO_Bahagiaku .mp3
FENO_Semua Karena Kamu.mp3
Rangga_Pramana
- SELAMAT DATANG ..di Blog Drummer Feno..
Saya akan Memberikan informasi tentang sejarah Band-Band papan atas
Saya akan Memberikan informasi tentang sejarah Band-Band papan atas
Kamis, 12 Januari 2012
Rabu, 04 Januari 2012
Ulasan Dream Theater 2011
Dream Theater adalah salah satu grup progressive metal paling terkemuka di dunia saat ini. Didirikan oleh Mike Portnoy, John Petrucci dan John Myung, mereka telah merilis delapan album studio, empat rekaman live dan satu album pendek (EP). Album pertama mereka, When Dream And Day Unite direkam dengan Charlie Dominici sebagai vokalis dan Kevin Moore sebagai pemain keyboards. Dominici berusia jauh lebih tua daripada anggota lainnya dan ingin memainkan musik yang lain, sehingga ia kemudian keluar dari grup. Mereka kemudian mencari pengganti yang ideal selama 2 tahun sampai akhirnya bertemu dengan James LaBrie, vokalis dari Kanada melalui audisi.
Bersama LaBrie mereka merekam Images And Words yang melambungkan nama mereka ke jajaran internasional dengan hit "Pull Me Under" dan "Another Day". Awake adalah album terakhir mereka dengan Moore yang kemudian digantikan oleh Derek Sherinian untuk album Falling Into Infinity. Pada akhirnya Sherinian juga digantikan oleh Jordan Rudess dan formasi ini masih bertahan sampai hari ini. Mereka telah meluncurkan album konsep Metropolis 2: Scenes From A Memory dan album ganda Six Degrees Of Inner Turbulence. Pada tahun 2003 mereka memutuskan untuk merekam album non-konsep Train Of Thought yang sangat dipengaruhi oleh grup thrash metal seperti Metallica.
Album terbaru mereka yang berjudul Octavarium dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2005 dan selain merupakan album studio kedelapan juga mengandung delapan lagu.
Setelah Dream Theater meluncurkan album Live mereka dalam memperingati 20 tahun Dream Theater terbentuk yang berjudul Score yang direkam pada tanggal 1 April 2006 di Radio City Music Hall,US. Mereka kembali bersiap meluncurkan album ke sembilan mereka dengan membawa bendera label record baru yaitu RoadRunner Records, mereka telah merampungkan album Systematic Chaos yang berisi 8 lagu dan akan diluncurkan pada tanggal 5 Juni 2007 di US.
Sejarah
Dream Theater dibentuk pada bulan September 1985, ketika gitaris John Petrucci dan bassis John Myung memutuskan untuk membentuk sebuah band untuk mengisi waktu luang mereka ketika bersekolah di Berklee College of Music di Boston. Mereka lalu bertemu seorang pemain drum, Mike Portnoy, di salah satu ruang latihan di Berklee, dan setelah dua hari negosiasi, mereka berhasil mengajak Mike Portnoy untuk bergabung. Setelah itu, mereka bertiga ingin mengisi dua tempat kosong di band tersebut, dan Petrucci bertanya kepada teman band, Kevin Moore, untuk menjadi pemain keyboard. Dia setuju, dan ketika Chris Collins diajak untuk menjadi vokalis, band tersebut sudah komplit.
Dengan lima anggota, mereka memutuskan untuk menamai band tersebut dengan nama Majesty. Menurut dokumentasi DVD Score, mereka berlima sedang mengantri tiket untuk konser Rush di Berklee Performance Center ketika mendengarkan Rush dengan boom box. Portnoy lalu berkata bahwa akhiran dari lagu tersebut (Bastille Day) terdengar sangat "majestic". Pada saat itulah mereka memutuskan Majesty adalah nama yang bagus untuk sebuah band, dan tetap bagus sampai sekarang.
Pada saat - saat tersebut, Portnoy, Petrucci dan Myung masih berkutat dengan kuliah mereka, juga dengan kerja paruh waktu dan mengajar. Jadwal mereka menjadi kiat ketat sehingga mereka harus memutuskan antara mengejar karier di bidang musik atau mengakhiri band Majesty. Namun akhirnya Majesty menang dan mereka bertiga keluar dari Berklee untuk berkonsentrasi di karier musik. Petrucci mengomentari tentang hal ini di dokumentasi DVD Score, berkata bahwa saat tersebut sangat susah untuk meminta kepada orang tuanya untuk pergi ke sekolah musik. Dan lebih susah lagi untuk menyakinkan orang tuanya agar ia boleh keluar dari sekolah.
Moore juga akhirnya keluar dari sekolahnya, SUNY Fredonia, untuk berkonsentrasi dengan band tersebut.
Karakteristik penulisan lagu
Beberapa teknik penulisan lagu yang unik telah dilakukan oleh Dream Theater, yang kebanyakan terjadi di masa - masa sekarang, ketika mereka bisa bereksperimen dengan label rekaman mereka sendiri.
Dimulai dengan Train of Thought, Dream Theater sudah memulai memasukkan elemen - elemen kecil dan tersembunyi di musik mereka, dan memuat elemen tersebut kepada peminat yang lebih fanatik. Karakteristik yang paling terkenal (yang biasa disebut "nugget") tersembunyi di "In the Name of God", yang merupakan sandi morse dari "eat my ass and balls" (makan pantatku dan penisku), yang merupakan kata - kata terkenal dari Mike Portnoy. Sejak saat itu, banyak peminat - peminat Dream Theater mulai berusaha menemukan hal - hal kecil yang biasanya tidak menarik bagi peminat biasa.
Beberapa dari teknik mereka yang terkenal termasuk:
* Suara dari fonograf di akhiran dari "Finally Free" di album Scenes from a Memory adalah suara yang sama di awalan "The Glass Prison" di album berikutnya, Six Degrees of Inner Turbulence. Dan akhiran kunci terakhir di "As I Am" sama dengan kunci yang digunakan di album selanjutnya, Train of Thought. Juga, not piano yang dimainkan di akhiran "In the Name of God" di 'Train of Thought adalah not yang sama dengan pembukaan "The Root of All Evil" di album berikutnya, Octavarium.
* Tiga bagian dari "The Glass Prison" di Six Degrees of Inner Turbulence, dua bagian dari "This Dying Soul" di Train of Thought dan dua bagian dari "The Root of All Evil" di Octavarium menunjukkan tujuh poin pertama dari dua belas poin - poin di program Alcoholics Anonymous oleh Bill Wilson, yang mana program itu diikuti oleh Mike Portnoy. Ia juga berkata bahwa ia akan membuat lagu - lagu lain yang memuat lima program lainnya, yang akan ditujukan untuk Wilson
* Dream Theater kadang menggunakan teknik penulisan lagu dimana bagian - bagian dari sebuah lagu dikembangkan tiap kali mereka dimainkan. Contohnya, lagu "6:00" dari Awake. Setelah awalan lagu, mereka hampir memainkan chorus, tapi mengulang lagu tersebut dari awalan lagi (di menit 1:33). Dan ketika chorus sudah seharusnya dimainkan pada saat berikutnya, mereka mengulang lagi dari awalan, di menit 2:11. Teknik ini bisa juga ditemukan di "Peruvian Skies", "Blind Faith" dan "Endless Sacrifice"
* Penggunaan notasi yang berulang - ulang juga digunakan, yang sudah dikenal dari lagu - lagu Charles Ives, contohnya:
o Tema lagu "Wait for Sleep" muncul di "Learning to Live" (menit 8:11) dan juga muncul dua kali di "Just Let Me Breath" (menit 3:39 dan 5:21)
o Tema lagu "Learning to Live" muncul di "Another Day" (menit 2:53)
o Tema lagu "Space-Dye Vest" digunakan beberapa kali di album Awake.
o Tema pembukaan dari "Erotomania" digunakan di "Voices" di Awake (menit 4:51).
o Satu dari melodi - melodi di "Metropolis Pt 1 (The Miracle and the Sleeper)" diulang di chorus kedua di "Home" dari Metropolis Pt 2 (Scenes From A Memory), dengan cuma pengubahan satu kata. Beberapa lirik dari "Metropolis Pt 1" just digunakan di "Home". Pada dasarnya, keseluruhan album "Scenes From A Memory" penuh dengan musikal/lirikal/konseptual variasi dari elemen - elemen musikal dari "Metropolis Pt 1" dan "The Dance of Eternity" sebenarnya dibangun dari variasi - variasi elemen musik di lagu - lagu dalam album tersebut.
o Bagian - baguan dari tiap lagu di album "Octavarium" telah digunakan di bagian kelima dari lagu berjudul sama, "Octavarium".
* Six Degrees of Inner Turbulence, studio album ke enam mereka, memuat enam lagu dan mempunyai karakter - karakter angka enam di judul - judul lagunya. Train of Thought, studio album ke tujuh mereka, memuat tujuh lagu. Octavarium, studio album ke delapan mereka memuat delapan lagu dan judul albumnya diambil dari kata octo, yang merupakan kata Latin yang berarti delapan, berarti satu oktaf dari istilah musik, yang mana merupakan jarak dari satu not ke not lain adalah delapan not di tangga nada diatonik. Judul lagi dari CD ini adalah 24 menit, kelipatan dari 8. Halaman depan albumnya juga memuat karakter - karakter yang berhubungan dengan 5 dan 8. Contohnya, satu set dari kotak - kotak putih dan kotak - kotak hitam, mempunyai arti satu oktaf dari piano.
* Lagu "Octavarium" dulunya ingin diakhiri dengan seruling yang bergema serupa dengan awalan lagu tersebut. Namun diganti dengan not piano yang sama dari awalan album Octavarium. Mike Portnoy telah mengatakan bahwa seri awalan - akhiran album akan berhenti disini, karena album ke sembilan mendatang tidak akan diawali dengan akhiran "Octavarium"
* Analisis detil tentang "nugget" di "Octavarium" (disebut oleh Mike Portnoy sebagai "sebuah nugget raksasa") telah dipublikasikan di sebuah situs independen.
Diskografi
* When Dream and Day Unite(1989)
* Images and Words(1992)
* Live at Marquee(1993)
* Awake(1994)
* A Change of Season(1995)
* Falling into Infinity(1997)
* Once in a Live Time(1998)
* Scene from Memory(1999)
* Live Scene from New York(2001)
* Six Degree of Inner Turbulance(2002)
* Train of Thought(2003)
* Live at Budokan(2004)
* Octavarium(2005)
* Score(2006)
* Systematic Chaos(2007)
* Black Clouds and Silver Linings (2009)
* A Dramatic Turn of Events (2011)
Senin, 02 Januari 2012
PADI
PADI, sebelumnya hanyalah salah satu band kampus yang ada Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Beranggotakan Andi Fadly Arifuddin (Fadly, Vokalis), Satriyo Yudhi Wahono (Piyu, Gitar), Ari Tri Sosianto (Ari, Gitar), Rindra Risyanto Noor (Rindra, Bass), dan Surendro Prasetyo (Yoyok, Drum).
Sebelum bernama PADI, band ini dulu bernama SODA. Mereka tampil pertama kali di sebuah acara kampus di Fakultas Hukum Unair Oktober 1996. Barulah pada tanggal 8 April 1997 mereka mengganti nama band-nya dengan nama PADI. Nama ini dilontarkan pertama kali oleh Yoyok, sang drummer. Selain karena filosofinya semakin berisi semakin merunduk, ibarat makanan pokok mereka menginginkan band ini bisa dinikmati oleh semua orang. Mulai dari tukang becak, anak kecil, hingga para eskesuktif berdasi. Meski nama PADI sering dianggap "kampungan", karena dianggap makanan orang susah. Tapi PADI punya makna sangat membumi, di mata mereka PADI juga merupakan lambang kesejahteraan.
Latar belakang personil sangat beragam, mereka tidak begitu saja bertemu dan langsung membentuk sebuah band. Pertama kali Piyu dan Ari yang sepakat untuk membikin sebuah band. Untuk bassis, Ari mengajak temannya Rindra karena dulu pernah tergabung dalam satu band yang bernama WARNA. Baru setelah itu ditemukan sang vokalis-Fadly dan drummer-Yoyok. Fadly, yang pertama kagum akan permainan gitar Ari ketika manggung dalam salah satu pementasan di kampusnya, pada awalnya menawarkan Fadly diri kepada Ari untuk bergabung di band-nya jika memerlukan seorang bassis (sejak SMA, Fadly adalah seorang bassis).
Untuk skill personil, sudah jangan diragukan lagi. Piyu, yang sebelumnya bermain di band yang memainkan lagu-lagu beraliran keras bersama Crystal Band, dulu pernah menjadi teknisi gitar di sebuah band ternama di Indonesia. Rajin ngulik gitar dari SMA, dan kepiawaiannya dalam menciptakan lirik tidak banyak diragukan lagi. Banyak lagu-lagu hits-nya PADI di kemudian hari yang terlahir. Begitupun dengan Rindra, pernah dalam satu tahun menyabet gelar bassis terbaik di tahun 1992. Lain lagi dengan Yoyok, siapa sih yang tidak kenal jebolan Andromeda band yang pernah meraih gelar drummer terbaik se- Indonesia pada tahun 1998.
Sebelum terbentuk menjadi band solid seperti sekarang ini, mereka adalah band yang merangkak dari bawah, jatuh bangun dan pernah merasakan beberapa kali ditolak oleh perusahaan-perusahaan rekaman besar. Penolakan itu tidak membuat mereka putus asa, malah memicu untuk sering membuat demo dan mengantarkannya sendiri dari Jakarta ke Surabaya. Pernah merasakan tidur di sambungan kereta api karena kehabisan tiket, dan juga pernah merasakan makan nasi basi karena sewaktu beli nasi bungkus di kereta ternyata dapatnya yang sudah basi, tapi karena sudah kelaparan akhirnya di makan bagian nasi yang belum basi.
Pernah dalam suatu kesempatan Piyu berkomentar "pemain band itu harus hidup penuh penderitaan dulu sebelum terkenal. Hidup menderita itu bisa melatih kita untuk punya jiwa survive dan akhirnya bisa eksis di dunia kita sendiri."
Dewi fortuna mulai berpihak kepada mereka, ketika pada suatu kesempatan manggung di sebuah pub di Surabaya yaitu Colors, dengan disaksikan perwakilan dari label rekaman Sony Music Indonesia. Keesokan harinya, mereka ditawarkan untuk rekaman album kompilasi Indie Ten, ajang kemampuan untuk para band baru. Sebelumnya, Padi telah memasukan demo album terlebih dahulu. Dan kebetulan pihak Sony sedang ke Surabaya untuk urusan promo sebuah album, Padi sekalian di audisi.
Mereka bermain band dari kampus ke kampus. Meskipun grup baru, mereka tergolong matang dan selalu tegas dalam setiap konsep yang mereka buat. Sejak awal mereka memantapkan diri di jalur pop rock. Mungkin karena itu pula Sony Music tertarik untuk mengelola Padi. Padahal, sebelumnya Aquarius dan RIS Music menolak mereka.
Namun mereka sempat menolak Sobat untuk jadi lagu andalan di album pertama mereka. Soalnya, mereka telah menyiapkan Demi Cinta sebagai lagu jagoan. Karena itulah lagu Sobat, yang menurut Sony menarik, dimasukkan di album Indie Ten. ''Mungkin itu sudah jalan kita, harus ikut album kompilasi dulu,'' ujar Yoyo. Tidak menyia-nyiakan peluang yang ada di depan mata, mereka ambil kesempatan itu dengan lagu "Sobat" nya.
Setelah itu, jalan menuju sukses mulai terbuka lebar. Untuk langkah awal mereka di kontrak Sony untuk 4 album. Album pertama, LAIN DUNIA, rilis setahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 6 Agustus 1999. Penjualan album ini, meski perlahan tapi pasti. Banyak orang mengenal PADI setelah lagu-lagunya menjadi hits seperti Begitu Indah, Demi Cinta, Seperti Kekasihku, dan Mahadewi. Mahadewi menjadi booming ketika lagu ini dibuat vidklip-nya, hingga merajai chart-chart musik di televisi maupun radio-radio di tanah air.
Album kedua, Sesuatu Yang Tertunda, rilis pada tanggal 2 Juli 2001. Saat awal peluncuran, sudah terjual 450.000 copy. Yang pasti diingat dari album ini sudah tentu adalah hits yang menjadi legenda sepanjang masa "Kasih Tak Sampai". Banyak orang bilang ini akan menjadi everlasting song-nya PADI, yang akan tetap dikenang sampai kapanpun.
Album ketiga Save My Soul, rilis pada tanggal 18 juni 2004 namun baru di launching pada tanggal 24 Juni 2004. Launching-nya pun sempat dibikin heboh, PADI main di atas atap restoran cepat saji di salah satu kawasan di Sarinah-Thamrin, disiarkan langsung oleh salah satu televisi swasta di Indonesia. Album yang penuh kejutan, karena banyak orang bilang lagu-lagu di album ini rumit dan tidak berselera pasaran. Namun ini justru menandakan kejujuran PADI dalam bermusik. Di album ini, PADI mewujudkan impiannya untuk berkolaborasi dengan musisi idola mereka yaitu Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul "Sesuatu Yang Tertunda". Dalam seminggu, album ini terjual sekitar 500.000 copy.
Album ke empat, self titled-PADI, rilis 9 Mei 2005. Album ini disebut-sebut sebagai album kelahiran PADI kembali. Semangatnya, kerjasamanya, konon dibuat seperti ketika PADI bikin album pertama kali. Di album ini, PADI banyak berkolaborasi dengan musisi senior seperti Bubby Chen (Pianis Jazz), Abadi Soesman (Pemain Keyborad), dan Idris Sardi (Pemain Biola). Ada sebuah lagu yang dijadikan Original Soundtrack sebuah film Indonesia-Ungu Violet, yaitu lagu berjudul "Menanti Sebuah Jawaban".
Selain keempat album regular diatas, PADI juga pernah bikin album-album kompilasi seperti Official Songs World Cup (lagu Work of Heaven, 2002), Album rohani Family Songs Hadad Alwi (Doaku, 2003), Tribute to Ian Antono (Saksi Gitar Tua, 2004), dan album sosial untuk korban Tsunami di Aceh "Kita Untuk Mereka" (lagu 26 Desember, 2005).
Sebelum bernama PADI, band ini dulu bernama SODA. Mereka tampil pertama kali di sebuah acara kampus di Fakultas Hukum Unair Oktober 1996. Barulah pada tanggal 8 April 1997 mereka mengganti nama band-nya dengan nama PADI. Nama ini dilontarkan pertama kali oleh Yoyok, sang drummer. Selain karena filosofinya semakin berisi semakin merunduk, ibarat makanan pokok mereka menginginkan band ini bisa dinikmati oleh semua orang. Mulai dari tukang becak, anak kecil, hingga para eskesuktif berdasi. Meski nama PADI sering dianggap "kampungan", karena dianggap makanan orang susah. Tapi PADI punya makna sangat membumi, di mata mereka PADI juga merupakan lambang kesejahteraan.
Latar belakang personil sangat beragam, mereka tidak begitu saja bertemu dan langsung membentuk sebuah band. Pertama kali Piyu dan Ari yang sepakat untuk membikin sebuah band. Untuk bassis, Ari mengajak temannya Rindra karena dulu pernah tergabung dalam satu band yang bernama WARNA. Baru setelah itu ditemukan sang vokalis-Fadly dan drummer-Yoyok. Fadly, yang pertama kagum akan permainan gitar Ari ketika manggung dalam salah satu pementasan di kampusnya, pada awalnya menawarkan Fadly diri kepada Ari untuk bergabung di band-nya jika memerlukan seorang bassis (sejak SMA, Fadly adalah seorang bassis).
Untuk skill personil, sudah jangan diragukan lagi. Piyu, yang sebelumnya bermain di band yang memainkan lagu-lagu beraliran keras bersama Crystal Band, dulu pernah menjadi teknisi gitar di sebuah band ternama di Indonesia. Rajin ngulik gitar dari SMA, dan kepiawaiannya dalam menciptakan lirik tidak banyak diragukan lagi. Banyak lagu-lagu hits-nya PADI di kemudian hari yang terlahir. Begitupun dengan Rindra, pernah dalam satu tahun menyabet gelar bassis terbaik di tahun 1992. Lain lagi dengan Yoyok, siapa sih yang tidak kenal jebolan Andromeda band yang pernah meraih gelar drummer terbaik se- Indonesia pada tahun 1998.
Sebelum terbentuk menjadi band solid seperti sekarang ini, mereka adalah band yang merangkak dari bawah, jatuh bangun dan pernah merasakan beberapa kali ditolak oleh perusahaan-perusahaan rekaman besar. Penolakan itu tidak membuat mereka putus asa, malah memicu untuk sering membuat demo dan mengantarkannya sendiri dari Jakarta ke Surabaya. Pernah merasakan tidur di sambungan kereta api karena kehabisan tiket, dan juga pernah merasakan makan nasi basi karena sewaktu beli nasi bungkus di kereta ternyata dapatnya yang sudah basi, tapi karena sudah kelaparan akhirnya di makan bagian nasi yang belum basi.
Pernah dalam suatu kesempatan Piyu berkomentar "pemain band itu harus hidup penuh penderitaan dulu sebelum terkenal. Hidup menderita itu bisa melatih kita untuk punya jiwa survive dan akhirnya bisa eksis di dunia kita sendiri."
Dewi fortuna mulai berpihak kepada mereka, ketika pada suatu kesempatan manggung di sebuah pub di Surabaya yaitu Colors, dengan disaksikan perwakilan dari label rekaman Sony Music Indonesia. Keesokan harinya, mereka ditawarkan untuk rekaman album kompilasi Indie Ten, ajang kemampuan untuk para band baru. Sebelumnya, Padi telah memasukan demo album terlebih dahulu. Dan kebetulan pihak Sony sedang ke Surabaya untuk urusan promo sebuah album, Padi sekalian di audisi.
Mereka bermain band dari kampus ke kampus. Meskipun grup baru, mereka tergolong matang dan selalu tegas dalam setiap konsep yang mereka buat. Sejak awal mereka memantapkan diri di jalur pop rock. Mungkin karena itu pula Sony Music tertarik untuk mengelola Padi. Padahal, sebelumnya Aquarius dan RIS Music menolak mereka.
Namun mereka sempat menolak Sobat untuk jadi lagu andalan di album pertama mereka. Soalnya, mereka telah menyiapkan Demi Cinta sebagai lagu jagoan. Karena itulah lagu Sobat, yang menurut Sony menarik, dimasukkan di album Indie Ten. ''Mungkin itu sudah jalan kita, harus ikut album kompilasi dulu,'' ujar Yoyo. Tidak menyia-nyiakan peluang yang ada di depan mata, mereka ambil kesempatan itu dengan lagu "Sobat" nya.
Setelah itu, jalan menuju sukses mulai terbuka lebar. Untuk langkah awal mereka di kontrak Sony untuk 4 album. Album pertama, LAIN DUNIA, rilis setahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 6 Agustus 1999. Penjualan album ini, meski perlahan tapi pasti. Banyak orang mengenal PADI setelah lagu-lagunya menjadi hits seperti Begitu Indah, Demi Cinta, Seperti Kekasihku, dan Mahadewi. Mahadewi menjadi booming ketika lagu ini dibuat vidklip-nya, hingga merajai chart-chart musik di televisi maupun radio-radio di tanah air.
Album kedua, Sesuatu Yang Tertunda, rilis pada tanggal 2 Juli 2001. Saat awal peluncuran, sudah terjual 450.000 copy. Yang pasti diingat dari album ini sudah tentu adalah hits yang menjadi legenda sepanjang masa "Kasih Tak Sampai". Banyak orang bilang ini akan menjadi everlasting song-nya PADI, yang akan tetap dikenang sampai kapanpun.
Album ketiga Save My Soul, rilis pada tanggal 18 juni 2004 namun baru di launching pada tanggal 24 Juni 2004. Launching-nya pun sempat dibikin heboh, PADI main di atas atap restoran cepat saji di salah satu kawasan di Sarinah-Thamrin, disiarkan langsung oleh salah satu televisi swasta di Indonesia. Album yang penuh kejutan, karena banyak orang bilang lagu-lagu di album ini rumit dan tidak berselera pasaran. Namun ini justru menandakan kejujuran PADI dalam bermusik. Di album ini, PADI mewujudkan impiannya untuk berkolaborasi dengan musisi idola mereka yaitu Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul "Sesuatu Yang Tertunda". Dalam seminggu, album ini terjual sekitar 500.000 copy.
Album ke empat, self titled-PADI, rilis 9 Mei 2005. Album ini disebut-sebut sebagai album kelahiran PADI kembali. Semangatnya, kerjasamanya, konon dibuat seperti ketika PADI bikin album pertama kali. Di album ini, PADI banyak berkolaborasi dengan musisi senior seperti Bubby Chen (Pianis Jazz), Abadi Soesman (Pemain Keyborad), dan Idris Sardi (Pemain Biola). Ada sebuah lagu yang dijadikan Original Soundtrack sebuah film Indonesia-Ungu Violet, yaitu lagu berjudul "Menanti Sebuah Jawaban".
Selain keempat album regular diatas, PADI juga pernah bikin album-album kompilasi seperti Official Songs World Cup (lagu Work of Heaven, 2002), Album rohani Family Songs Hadad Alwi (Doaku, 2003), Tribute to Ian Antono (Saksi Gitar Tua, 2004), dan album sosial untuk korban Tsunami di Aceh "Kita Untuk Mereka" (lagu 26 Desember, 2005).
FADE 2 Black
Bondan Prakoso & Fade 2 Black | |
---|---|
Latar belakang | |
Asal | Bandung, Indonesia |
Genre | Pop, Rock, Rap |
Tahun aktif | 2004 - sekarang |
Label | Sony Music Indonesia |
Sejarah
Pada tahun 2004 Bondan berniat membuat proyek musik yang menggabungkan berbagai jenis musik ke dalam sebuah bentuk musik baru. Dia lalu mengajak Titz, seorang rapper yang merupakan teman satu kampusnya di Universitas Indonesia untuk bergabung. Namun Titz merasa kalau band ini akan semakin kuat jika grupnya, Fade 2 Black, turut bergabung.Akhir tahun 2004 Bondan & Fade 2 Black mulai melangkah ke dapur rekaman. Mereka pun menciptakan beberapa lagu dengan sentuhan Rap, Rock, dan Funk. Bondan Prakoso bertanggung jawab di sisi instrumen, looping dan aransemen, sedangkan Fade 2 Black menggarap lirik lagunya.
Proses ini hanya berlangsung 4 bulan, dan pada bulan Agustus 2005 album perdana mereka yang bertajuk "RESPECT" resmi dirilis di bawah naungan Sony BMG Music Indonesia. Album tersebut diwarnai berbagai jenis musik dengan rap sebagai vokal utama, dengan ditimpali suara Bondan yang turut menghiasi beberapa lagu.
Dengan album bermaterikan 12 lagu itu, Bondan Prakoso & Fade 2 Black pun menuai beragam prestasi, diantaranya adalah Best Rap Album Production dalam Indonesian Music Award 2006.
Album kedua mereka, "UNITY" dirilis pada bulan November 2007. Album yang menjagokan lagu "Keroncong Protol" ini semakin memantapkan posisi Bondan Prakoso & Fade 2 Black sebagai band yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang berbeda. Berkat album ini mereka kembali meraih penghargaan Best Rap Album Production dalam Indonesian Music Award 2008.
Album Studio
Langganan:
Postingan (Atom)